AnggotaDPR RI ini menilai perubahan 31 nama rumah sakit di Jakarta menjadi rumah sehat, perlu memperhatikan dasar hukumnya, dan sosialisasi, edukasi, serta tujuan dari perubahan nama tersebut. "Tapi jika rumah sakit juga mau diubah brandingnya menjadi rumah sehat, maka jangan lupakan intinya, yakni kualitas layanan prima, SDM nakes Pelayanan Prima Excellent Service adalah usaha melayani kebutuhan orang lain dengan bermutu tinggi dan memuaskan, sedangkan Pelayanan Prima di Rumah Sakit adalah pelayanan terbaik yang diberikan oleh karyawan Rumah Sakit untuk memenuhi bahkan melampaui harapan pengguna jasa . Melaksanakan Pelayanan Prima di Rumah Sakit TKRS- SNARS adalah dengan memiliki kepemimpinan yang efektif yang bersinergi yang positif antara Governing board/ representasi pemilik Direktur/Direksi RS Kepala Bidang/Divisi Kepala Departemen/Unit/Instalasi Pemilik rumah sakit, Peran dan tanggung jawabnya harus diatur , Hospital bylaws yang pada prinsipnya menetapkan dan mengatur tentang tugas, kewenangan, hubungan funsional dan hubungan tanggung jawab antara Governing Body, Admistrator CEO dan Medical Staff di rumah sakit. Menyediakan modal serta dana operasional Menunjuk dan menetapkan Direksi Rumah sakit Menunjuk /menetapkan representasi pemilik Menetapkan Struktur organisasi Menetapkan Regulasi pengelolaan keuangan Memberikan arahan ke rumah sakit Menetapkan Visi dan misi Menilai dan menyetujui rencana anggaran Menyetujui rencana strategi Mengawasi dan membina pelaksanaan renscana strategi Menyetujui diselenggarakan pendidikan profesional kesehatan Menyetujui program peningkatan mutu dan keselamatan pasien Mengawasi pelaksanaan kendali mutu dan kendali biaya Mengawasi dan menjaga hak dan kewajiban pasien Mengawasi hak dan kewajiban rumah sakit Mengawasi kepatuhan penerapan etika b Direktur/Direksi RS Peran, tugas, tanggung jawab dan wewenang harus jelas c Kepala Bidang/Divisi Peran, tugas, tanggung jawab dan wewenang harus jelas d Kepala Departemen/Unit/Instalasi Peran, tugas, tanggung jawab dan wewenang harus jelas Sinergi positif antara Governing board/ representasi pemilik, Direktur/Direksi RS, Kepala Bidang/ Divisi, Kepala Departemen/Unit/Instalasi melalui Peran, tugas, tanggung jawab dan wewenang jelas maka Komunikasi dan integrasi kegiatan meningkat dan pelayanan prima terjadi di rumah sakit Melihatkondisi tersebut, untuk dapat bersaing dan bertahan di tengah persaingan bisnis rumah sakit yang ketat terbut maka rumah sakit tersbut harus meiliki sumber daya manusia yang berkualitas pula agar pelayanan yang diberikan kepada pelanggan dapat optimal. Jl. Raya Sesetan No. 10, Denpasar, Bali 80223, Indonesia
Berdasarkan tahapan pelayanan, pelayanan di Rumah Sakit dapat dibagi 3 jenis, yaitu: Pelayanan pratransaksi: kegiatan pelayanan sblm melakukan tatap muka dengan dokter/perawat; Pelayanan saat transaksi: kegiatan pelayanan pada saat tatap muka dengan dokter/perawat; Pelayanan Pasca Transaksi:
ο»ΏPALEMBANG - Rumah Sakit RS Hermina Palembang mendapatkan penghargaan sebagai RS Swasta dengan inovasi terbaik di Sumatera Selatan Sumsel. Award tersebut diadakan Sriwijaya Post dan Tribun Sumsel, Mata Lokal Awarding Asosiasi Rumah Sakit Swasta Seluruh Indonesia ARSSI, dengan tema "Rumah Sakit Terinovatif". "Kami ucapkan terima kasih atas terpilihnya RS Hermina Palembang menjadi salah satu rumah sakit yang menerima penghargaan dalam pelayanan unggulan dan inovatif," kata Direktur RS Hermina Palembang Dr. Reny Puspita, MARS usai menerima penghargaan di ARSSI Sumsel Hospital Expo 2023 yang diadakan di Ballroom Social Market Soma Palembang, Jumat 9/6/2023 Menurut Dokter Reny, kepercayaan yang telah diberikan ini akan diiringi dengan upaya peningkatan kualitas layanan. Harapan kedepannya, dengan mengedapankan layanan-layanan unggulan, RS Hermina Palembang dapat menjadi salah satu rumah sakit rujukan tidak hanya di Palembang, tetapi untuk area Sumsel bahkan Sumbagsel. Rumah Sakit Hermina Menurutnya, industri pelayanan kesehatan saat ini tengah dihadapi tantangan untuk memberikan pelayanan yang prima di tengah berbagai kebutuhan masyarakat akan layanan kesehatan yang semakin berkembang. RS Hermina Palembang merupakan rumah sakit umum yang memiliki kapasitas 235 tempat tidur dan fasilitas pendukung yang komprehensif dengan layanan unggulan yang terdiri dari, Pusat Pelayanan Ibu dan anak sejak beroperasional di tahun 2011. RS Hermina Palembang mengunggulkan pelayanan kesehatan ibu dan anak. Pelayanannya meliputi pelayanan kesehatan untuk wanita, anak-anak, dan bayi. Mulai dari kesehatan kewanitaan, kehamilan, bayi, tumbuh kembang anak, serta layanan pediatric layanan khusus anak yang didukung dokter-dokter subspesialis di bidang anak serta kebidanan dan kandungan. Pelayanan Intensif ICU-NICU-PICU RS Hermina Palembang memiliki layanan intensif yaitu terdiri dari Intensif Care Unit ICU, Neonatal Intensif Care Unit, Pediatric Intensif Care Unit PICU dengan total 23 tempat tidur. Kemudian dengan ketersediaan dokter anesthesi subspesialis intensif care serta dokter anak subspesialis neonatologi dan emergency serta rawat intensif anak. "Ketersediaan dokter-dokter subspesialis intensif ini menjadikan RS Hermina Palembang menjadi salah satu sasaran rujukan pelayanan intensif dari rumah sakit, tidak hanya area Palembang namun dari rumah sakit Kabupaten/Kota di Sumsel," katanya Pelayanan di RS Hermina Pelayanan onkologi kemoterapi Layanan onkologi-kemoterapi melibatkan dokter-dokter subspesialis onkologi mulai dari bedah onkologi, obgyn onkologi, subspesialis bedah digestif, dan spesialis urologi. Dukungan RS Hermina Palembang untuk layanan ini sampai dengan tahapan pelayanan kemoterapi. Selain itu, sejak tahun 2015, RS Hermina Palembang telah memberikan layanan yang terpadu bagi pasien thalassemia baik anak maupun dewasa yang didukung oleh dokter subspesialis hematologi-onkologi baik anak maupun dewasa.
Menkes: SDM Berkualitas jadi Kunci pelayanan Kesehatan Prima di Rumah Sakit 14 Apr 2021 Jayapura, 14 April 2021 Dalam lawatannya ke RSUD Jayapura (14/4) Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan bahwa tenaga kesehatan yang berkualitas merupakan kunci dari rumah sakit unggulan.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Berjamurnya fasilitas pelayanan kesehatan baik milik pemerintah ataupun swasta merupakan salah satu dampak dari meningkatnya kebutuhan masyarakat di bidang kesehatan. Saat ini salah satu unit pelayanan kesehatan seperti rumah sakit berada dalam persaingan bisnis yang sangat ketat. Di dunia kesehatan pun sarat dengan hal bisnis sebab pengobatan dan pelayanan kesehatan saat ini bisa dikatakan harganya melangit. Dikarenakan banyaknya rumah sakit yang bersaing dalam pemberian pelayanan terbaik, membuat pasien harus diberikan pelayanan bersaing agar para pasien tersebut tidak lari dan memilih rumah sakit dengan perkembangan zaman dan teknologi, di era keterbukaan informasi ini membuat pasien menjadi lebih kritis dalam memilih pelayanan terbaik serta menjadi lebih berani untuk mengungkapkan kritik maupun saran melalui media sosial. Melihat kondisi tersebut agar dapat bersaing dan bertahan di tengah persaingan bisnis rumah sakit yang ketat maka rumah sakit tersebut harus memiliki sumber daya manusia SDM yang berkualitas pula agar pelayanan yang diberikan kepada pelanggan dapat optimal. Salah satu aspek penunjang terpenting untuk mendapatkan sumber daya manusia yang berkompeten tersebut adalah adanya kemauan dari SDM rumah sakit tersebut untuk maju dan berkembang. Oleh karenanya paradigma dan sikap mental yang berorientasi melayani, serta pengetahuan dan keterampilan yang mumpuni dalam melaksanakan pelayanan yang prima merupakan hal yang sangat diperlukan dalam mewujudkan SDM handal tersebut. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi hal tersbut adalah dengan memberikan pelatihan bagi para pegawai di rumah sakit untuk meningkatkan kemampuan SDM. UVI Consultant seringkali mengadakan pelatihan di bidang pelayanan kesehatan di rumah sakit sebagai wujud kepekaan terhadap permasalahan usaha di bidang kesehatan. Materi khusus dalam pelatihan tersebut yaitu penyampaian tentang definisi dan cakupan pelayanan rumah sakit, definisi, jenis dan karakteristik pelanggan, standar pelayanan prima, penampilan, menyambut pelanggan, berkomunikasi dengan pelanggan, 5 Dimensi Kualitas Pelayanan, Tiga Pilar Pelayanan, Strategi penanganan Keluhan Pelanggan, Strategi pengukuran Kepuasan Pelanggan. Pelatihan ini dapat diikuti oleh Direksi Rumah Sakit, Manajer dan Supervisor, Customer Service, Dokter dan Paramedis, Karyawan Rumah Sakit dan posisi lainnya yang membutuhkan peningkatan potensi SDM. Lihat Sosbud Selengkapnya Indonesia. Hasil kajian menunjukkan tidak semua satuan unit kerja rumah sakit memiliki SOP, karena setiap satuan unit kerja pelayanan publik rumah sakit memiliki SOP sebagai acuan dalam bertindak, agar akuntabilitas kinerja instansi rumah sakit dapat dievaluasi dan terukur. Kata kunci : Standar Operasional Prosedur, Rumah Sakit, Penerapan SOP. Pelayanan prima service excellent adalah pelayanan yang sangat baik atau yang terbaik kepada pasien berdasarkan standar mutu untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pasien sehingga pasien dapat memperoleh kepuasan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pelayanan prima terhadap kepuasan pasien di instalasi rawat inap RSD Kalisat Kabupaten Jember. Metode penelitian yang digunakan adalah analitik observasional dengan desain studi cross sectional. Sampel penelitian berjumlah 75 responden, dimana pengambilan sampel menggunakan teknik systematic random sampling. Hasil analisis menunjukkan bahwa sebagian besar responden menilai pelayanan prima di instalasi rawat inap cukup prima 73,3%. Masing-masing komponen pelayanan prima termasuk dalam kategori cukup, antara lain komponen sikap 74,7%, penampilan 85,3%, perhatian 69,3%, tindakan 69,3%, dan tanggung jawab 72%. Berdasarkan kepuasan pasien, mayoritas responden menilai tidak memuaskan 80%. Terdapat 3 dimensi termasuk dalam kategori tidak puas yaitu dimensi kehandalan, ketanggapan, dan bukti fisik. Sedangkan 2 dimensi lainnya yaitu, jaminan dan empati termasuk dalam kategori puas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh antara pelayanan prima dan kepuasan pasien. Rumah sakit perlu menyediakan pelatihan mengenai pelayanan prima, serta melakukan pengawasan internal secara rutin agar setiap pelayanan yang dilakukan tetap sesuai dengan prosedur dan standar profesinya. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 27 PENGARUH PELAYANAN PRIMA TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT DAERAH KALISAT KABUPATEN JEMBER THE IMPACT OF EXCELLENT SERVICE ON PATIENT SATISFACTION IN THE INPATIENT INSTALLATION OF THE KALISAT STATE HOSPITAL IN JEMBER REGENCY Febri Diah Perwita1*, Christyana Sandra2, Ragil Ismi Hartanti3 1,2Peminatan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Jurusan S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Jember 3Peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Jurusan S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Jember *email febriperwita Abstract Excellent service is best service to patients based on quality standards to meet the needs and desires of patients so that patients can get satisfaction. The objectives of this study was to analyze the impact of excellent service on patient satisfaction in the inpatient installation at Kalisat State Hospital in Jember Regency. These was an observational analytic with cro/ss sectional study design. The samples was 75 respondents, by systematic random sampling. The results showed that the majority of respondents rated excellent service at the inpatient installation as quite excellent Each component of excellent service was in the quite good category, including the attitude component appearance attention actions and responsibility 72%. Based on patient satisfaction, the majority of respondents rated it unsatisfactory 80%. There are 3 dimensions that were in the dissatisfied category, namely the dimensions of reliability, responsiveness, and physical evidence. While the other 2 dimensions, that were uarantee and empathy are in the satisfied category. The result of research shows that there is influence between excellent service and patient satisfaction. The hospital must provide training about excellent service, and should also carry out regular internal supervision so that every service carried out will be in accordance with the procedures and professional standards. Keywords service excellent, patient satisfaction, inpatient installation Abstrak Pelayanan prima service excellent adalah pelayanan yang sangat baik atau yang terbaik kepada pasien berdasarkan standar mutu untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pasien sehingga pasien dapat memperoleh kepuasan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pelayanan prima terhadap kepuasan pasien di instalasi rawat inap RSD Kalisat Kabupaten Jember. Metode penelitian yang digunakan adalah analitik observasional dengan desain studi cross sectional. Sampel penelitian berjumlah 75 responden, dimana pengambilan sampel menggunakan teknik systematic random sampling. Hasil analisis menunjukkan bahwa sebagian besar responden menilai pelayanan prima di instalasi rawat inap cukup prima 73,3%. Masing-masing komponen pelayanan prima termasuk dalam kategori cukup, antara lain komponen sikap 74,7%, penampilan 85,3%, perhatian 69,3%, tindakan 69,3%, dan tanggung jawab 72%. Berdasarkan kepuasan pasien, mayoritas responden menilai tidak memuaskan 80%. Terdapat 3 dimensi termasuk dalam kategori tidak puas yaitu dimensi kehandalan, ketanggapan, dan bukti fisik. Sedangkan 2 dimensi lainnya yaitu, jaminan dan empati termasuk dalam kategori puas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh antara pelayanan prima dan kepuasan pasien. Rumah sakit perlu menyediakan pelatihan mengenai pelayanan prima, serta melakukan 28 Jurnal Ikesma Volume 16 Nomor 1 Maret 2020 pengawasan internal secara rutin agar setiap pelayanan yang dilakukan tetap sesuai dengan prosedur dan standar profesinya. Kata kunci pelayanan prima, kepuasan pasien, instalasi rawat inap PENDAHULUAN Semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat saat ini turut mendorong peningkatan tuntutan masyarakat untuk mendapatkan haknya dalam berbagai bidang pelayanan kesehatan. Masyarakat mengharapkan terdapat sebuah fasilitas pelayanan kesehatan Faskes yang dapat memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan kualitas pelayanan kesehatan yang baik Azwar, 2010. Pemerintah Indonesia telah berupaya untuk meningkatkan kemudahan akses pelayanan kesehatan masyarakat dengan mengadakan program Jaminan Kesehatan Nasional JKN. Era JKN ini mengakibatkan akses ke pelayanan kesehatan terus meningkat karena masyarakat mulai mengerti bahwa untuk mengakses pelayanan kesehatan sudah semakin terbuka. Tujuan diberlakukannya program JKN ini untuk memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat yang layak dan mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat Hadiyati et al., 2017. Di Indonesia terdapat Faskes yang pengelolaannya bersifat padat modal, padat karya, dan padat teknologi yakni rumah sakit. Rumah sakit merupakan mata rantai rujukan pelayanan kesehatan yang memiliki peran strategis dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, dan dianggap mampu memberikan kualitas pelayanan terbaik karena rumah sakit memiliki banyak sumber daya manusia atau staf profesional, menyediakan peralatan dengan teknologi yang lebih canggih, dan lebih sempurnanya sistem administrasi rumah sakit Herlambang and Murwani, 2012. Namun, pada kenyataannya masih saja terdapat masyarakat yang memiliki keluhan atas buruknya pelayanan yang diterima pada sebuah pelayanan rumah sakit. Sebagian besar keluhan tersebut menyatakan bahwa pelayanan yang dilaksanakan tidak prima dan masih belum sesuai dengan harapan masyarakat atau tidak memuaskan Cahyono, 2012. Kepuasan merupakan perasaan seseorang berupa suka atau kecewa atas perbandingan kinerja yang dipikirkan dengan kinerja yang diharapkan Wijono, 2000. Artinya, tingkat kepuasan yang dirasakan pasien bergantung pada kesesuaian antara harapan kinerja yang diinginkan pasien dengan hasil kinerja yang diterimanya. Jika kinerja yang diterima pasien telah sesuai dengan harapannya, maka pasien akan merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan. Namun sebaliknya, jika kinerja yang diterima pasien tidak sesuai dengan harapannya, maka pasien akan merasakan kecewa dan tidak puas. RSD Kalisat merupakan rumah sakit milik pemerintah Kabupaten Jember yang termasuk dalam kelas C. dalam kurun 3 tahun terakhir, perolehan nilai kepuasan pasiennya terus mengalami penurunan. Berdasarkan data Indeks Kepuasan Masyarakat IKM RSD Kalisat, diketahui bahwa nilai kepuasan pasien RSD Kalisat mengalami penurunan dari tahun 2016 - 2018. Pada tahun 2016, nilai IKM diperoleh sebesar 80. Pada tahun 2017 mengalami penurunan menjadi 73,49. Selanjutnya, pada tahun 2018 kembali mengalami penurunan menjadi 63,01. Dilihat dari data tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak pasien yang merasa belum puas akan pelayanan yang diterima di RSD Kalisat. Hal ini juga dapat menunjukkan bahwa pelaksanaan pelayanan di RSD Kalisat belum berjalan secara optimal, sehingga pasien sebagai pengguna jasa pelayanan merasa kecewa karena tidak mendapatkan pelayanan sesuai dengan apa yang ia harapkan. Berbanding terbalik dengan nilai kepuasan pasien yang terus mengalami penurunan, jumlah kunjungan pasien di instalasi rawat inap justru mengalami peningkatan. Pada tahun 2016, jumlah kunjungan pasien di instalasi rawat inap RSD Kalisat mencapai Pada tahun 2017 mengalami kenaikan kunjungan menjadi sebesar pasien. Kenaikan kunjungan pasien ini dikarenakan adanya sistem zonasi dalam rujukan berjenjang bagi pasien peserta BPJS. Sehingga kenaikan kunjungan pasien di instalasi rawat inap didominasi dengan pasien peserta BPJS. Pengaruh Pelayanan Prima Terhadap Kepuasan ....... 29 Sistem zonasi rujukan berjenjang ini memang mampu meningkatkan jumlah kunjungan pada perawatan rawat inap. Akan tetapi, jika dilihat dari data IKM RSD Kalisat yang semakin menurun menunjukkan bahwa masih banyak pasien yang merasa belum puas akan pelayanan yang diterimanya. Walaupun demikian, sistem zonasi rujukan berjenjang membuat pasien tidak dapat memilih beralih ke Faskes lain yang mampu memberikan pelayanan yang lebih prima. Untuk menghindari rasa ketidakpuasan pasien, maka rumah sakit perlu menerapkan pelayanan prima. Pelayanan prima service excellent adalah pelayanan yang sangat baik atau yang terbaik kepada pasien berdasarkan standar mutu untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pasien sehingga pasien dapat memperoleh kepuasan Daryanto and Setyobudi, 2014. Sesuai dengan Keputusan Menteri Kepmen Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 tahun 2003 menyebutkan bahwa hakikat pelayanan publik seperti rumah sakit ialah pemberian pelayanan prima kepada masyarakat. Karena, pelayanan yang dilaksanakan secara tidak prima dapat menimbulkan rasa kecewa dan ketidakpuasan pasien. RSD Kalisat telah melakukan berbagai upaya untuk memberikan pelayanan yang lebih optimal. Upaya tersebut yaitu menyediakan pelayanan spesialistik, melengkapi kebutuhan sarana dan prasarana. Namun, dalam pelaksanaannya masih banyak ditemukan kendala, terutama dalam pemenuhan penyediaan tenaga spesialis yang purna waktu masih terbatas serta penyediaan alat-alat kesehatan dan kedokteran yang kurang karena keterbatasan dalam penyediaan anggaran. Melalui pelaksanaan pelayanan prima di instalasi rawat inap RSD Kalisat, diharapkan dapat menghasilkan tingkat kepuasan pasien yang lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pelayanan prima terhadap kepuasan pasien di instalasi rawat inap RSD Kalisat Kabupaten Jember. Hipotesis yang diajukan ialah adanya pengaruh pelayanan prima terhadap kepuasan pasien di instalasi rawat inap RSD Kalisat. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan ialah analitik dengan desain studi cross sectional, dilaksanakan di instalasi rawat inap Rumah Sakit Daerah Kalisat Kabupaten Jember pada November 2018 – Desember 2019 yang diawali dengan studi dokumentasi sebelum melakukan wawancara kepada responden. Populasi penelitian ini adalah pasien peserta BPJS di instalasi rawat inap RSD Kalisat tahun 2017 yang berjumlah dan dikurangi dengan pasien di ruang perinatologi, menjadi pasien rata-rata pasien per bulan = 324. Sampel penelitian berjumlah 75 responden, dan pengambilan sampel menggunakan teknik systematic random sampling. Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh melalui wawancara dengan kuesioner, dan data sekunder yang diperoleh RSD Kalisat. Data hasil penelitian yang diperoleh akan dianalisis menggunakan uji regresi linier sederhana. HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden Karakteristik responden yang memanfaatkan pelayanan rawat inap di Rumah Sakit Daerah Kalisat Kabupaten Jember selama dilakukannya penelitian ini jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, dan pekerjaannya. Distribusi karakteristik responden dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 menunjukkan bahwa karakteristik responden paling banyak adalah perempuan yaitu 40 responden 53,3% sedangkan laki-laki berjumlah 35 responden 46,7%. Berdasarkan usia, paling banyak berada pada usia 26-35 tahun yaitu 23 responden 30,7% yang dikategorikan sebagai usia dewasa awal. Berdasarkan pendidikan terakhir, paling banyak responden berpendidikan tamat SD/MI yaitu sebanyak 24 responden 32%. Sedangkan berdasarkan pekerjaannya, paling banyak responden berstatus sebagai ibu rumah tangga yaitu 34 responden 45,3%, sedangkan sisanya bekerja sebagai petani 38,7%, wiraswasta 10,7%, dan buruh 5,3%. 30 Jurnal Ikesma Volume 16 Nomor 1 Maret 2020 Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Distribusi Pelayanan Prima Pelayanan prima merupakan suatu rasa peduli yang diberikan oleh instansi kepada pelanggannya melalui pemberian pelayanan yang terbaik agar kebutuhan pelanggan terpenuhi dan tercipta rasa puas. Tabel 2. Distribusi Pelayanan Prima di Instalasi Rawat Inap RSD Kalisat Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden menilai pelayanan prima di instalasi rawat inap RSD Kalisat termasuk cukup prima yaitu 55 responden 73,3% dan 20 responden lainnya 26,7% menilai pelayanan prima di instalasi rawat inap RSD Kalisat sudah prima. Pelayanan prima terdiri dari lima komponen yaitu komponen sikap, penampilan, perhatian, tindakan, dan tanggung jawab. Distribusi penilaian dari tiap-tiap komponen ditunjukkan oleh Tabel 3 berikut Tabel 3. Distribusi Nilai Komponen Pelayanan Prima Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden menilai bahwa sikap petugas di instalasi rawat inap RSD Kalisat sudah cukup prima yaitu sebanyak 56 responden 74,7%. Penampilan petugas termasuk cukup prima yaitu 64 responden 85,3%. Perhatian petugas termasuk dalam kategori cukup prima yaitu 52 responden 69,3%. Tindakan yang dilakukan petugas termasuk cukup prima yaitu 52 responden 69,3%. Dan tanggung jawab petugas termasuk cukup prima yaitu 54 responden 72%. Distribusi Kepuasan Pasien Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang karena membandingkan kinerja yang dipersepsikan produk hasil terhadap ekspektasi harapan mereka Kotler dalam Wijono, 2000. Tingkat kepuasan pasien didapatkan melalui perbandingan antara harapan dan kenyataan pasien atas pelayanan yang diterima di instalasi rawat inap Rumah Sakit Daerah Kalisat Kabupaten Jember. Penilaian kepuasan pasien terdiri dari 5 dimensi yaitu dimensi kehandalan, ketanggapan, jaminan, empati, dan bukti fisik. Distribusi penilaian responden terhadap tingkat kenyataan dan harapan pada pelayanan di instalasi rawat inap RSD Kalisat berdasarkan masing-masing dimensi dapat dilihat pada Tabel 4. Pengaruh Pelayanan Prima Terhadap Kepuasan ....... 31 Tabel 4 menunjukkan bahwa, penilaian berdasarkan kenyataan pelayanan yang diterima responden di instalasi rawat inap RSD Kalisat yaitu mayoritas responden menilai kehandalan petugas termasuk cukup yaitu sebanyak 60 responden 80%. Ketanggapan petugas termasuk cukup yaitu 61 responden 81,3%. Jaminan yang diberikan petugas termasuk dalam kategori baik yaitu sebanyak 44 responden 58,7%. Empati petugas termasuk baik yaitu 42 responden 56%. Dan bukti fisik di RSD Kalisat termasuk cukup yaitu sebanyak 54 responden 72%. Sedangkan penilaian berdasarkan harapan responden atas pelayanan yaitu responden paling banyak menilai harapan pada kehandalan petugas dalam kategori cukup yakni sebanyak 39 responden 52%. Harapan pada ketanggapan petugas termasuk baik yaitu 40 responden 53,3%. Harapan pada jaminan yang diberikan petugas termasuk dalam kategori cukup yaitu 40 responden 53,3%. Harapan responden pada empati petugas termasuk cukup yaitu 43 responden 57,3%. Dan harapan responden pada bukti fisik di instalasi rawat inap RSD Kalisat termasuk baik yaitu 54 responden 72%. Dari nilai kenyataan dan harapan responden pada kepuasan pasien tersebut, selanjutnya akan dilihat perbandingannya untuk memperoleh tingkat kepuasan pasien di instalasi rawat inap RSD Kalisat. Hasil tingkat kepuasan pasien disajikan oleh Tabel 5. Tabel 4. Distribusi Tingkat Kenyataan dan Harapan Responden Tabel 5. Distribusi Tingkat Kepuasan Pasien Tabel 5 menunjukan bahwa dari 5 dimensi kepuasan pasien hanya terdapat tiga yang diperoleh hasil tidak puas yaitu dimensi kehandalan -109, ketanggapan -77, dan bukti fisik -141. Sedangkan dua dimensi lainnya termasuk dalam kategori puas, yaitu dimensi jaminan 29, dan empati 14. 32 Jurnal Ikesma Volume 16 Nomor 1 Maret 2020 Pengaruh Pelayanan Prima terhadap Kepuasan Pasien Data hasil penelitian yang diperoleh melalui wawancara menggunakan kuesioner mengenai pelayanan prima dan kepuasan pasien di instalasi rawat inap Rumah Sakit Daerah Kalisat, kemudian dianalisis menggunakan uji regresi linier sederhana. Setelah data dinyatakan telah memenuhi persyaratan uji asumsi klasik, hasil uji regresi linier sederhana diperoleh persamaan sebagai berikut π‘Œ = π‘Ž + 𝑏𝑋 π‘Œ = βˆ’39,396 + 0,396𝑋 Keterangan Y variabel terikat dependent a nilai koefisien b koefisien regresi X variabel bebas independent Berdasarkan persamaan tersebut diketahui bahwa nilai koefisien a sebesar -39,396 menunjukkan apabila variabel pelayanan prima diabaikan, maka nilai kepuasan pasien akan menurun sebesar 39,396. Nilai bX merupakan besarnya kontribusi pelayanan prima yang mempengaruhi kepuasan pasien. Nilai bX sebesar 0,396 menunjukkan pengaruh pelayanan prima yang positif terhadap kepuasan pasien, setiap penambahan 1% pada variabel pelayanan prima maka akan meningkatkan nilai kepuasan pasien sebesar 0,396. Hal ini berarti bahwa semakin baik tingkat pelayanan prima maka semakin baik pula tingkat kepuasan pasien yang dihasilkan, dan begitu juga sebaliknya. Selain itu juga diperoleh nilai R sebesar 0,230 23%. Nilai ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara variabel pelayanan prima terhadap variabel kepuasan pasien, namun pengaruh tersebut tidak cukup kuat yakni hanya sebesar 23%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel yang lain. Hipotesis Penelitian Uji hipotesis dilakukan untuk membuktikan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dengan menggunakan uji t parsial dan uji F simultan. Pada uji t, dikatakan signifikan apabila nilai t hitung > t tabel sehingga H0 ditolak, artinya variabel bebas secara parsial memiliki pengaruh nyata terhadap variabel terikat atau apabila nilai signifikansi t tabel = 1,993 dan nilai signifikansi = 0,047 F tabel atau apabila nilai signifikansi F tabel = 3,970 dan nilai signifikansi = 0,047 < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak yang artinya terdapat pengaruh antara pelayanan prima terhadap kepuasan pasien di instalasi rawat inap RSD Kalisat, dan model regresi yang digunakan dinyatakan layak untuk digunakan. PEMBAHASAN Pelayanan Prima di Instalasi Rawat Inap RSD Kalisat Pelayanan prima service excellent menurut pengertian pelayanan yang berarti usaha melayani kebutuhan orang lain, dengan prima yang berarti bermutu tinggi dan memuaskan Wijono, 2000. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden menilai bahwa pelayanan di instalasi rawat inap Rumah Sakit Daerah Kalisat Kabupaten Jember sudah cukup prima yaitu sebesar 73,3%. Apabila dilihat dari penilaian tiap-tiap komponen pada pelayanan prima, sebagian besar pasien rawat inap RSD Kalisat menilai bahwa masing-masing komponen pelayanan prima tersebut dalam kategori cukup. Dari kelima komponen tersebut, komponen perhatian dan tindakan menjadi komponen pelayanan prima yang memperoleh jumlah nilai tertinggi yaitu masing-masing sebesar 173, dan komponen penampilan memperoleh jumlah nilai terendah yaitu sebesar 161. Perhatian adalah kepedulian penuh yang dimiliki petugas terhadap pasiennya baik yang menyangkut dengan perhatian akan keinginan dan kebutuhan pasien maupun yang berkaitan dengan pemahaman petugas atas kritik dan sarannya Barata, 2014. Berdasarkan wawancara yang dilakukan, petugas di instalasi rawat inap Pengaruh Pelayanan Prima Terhadap Kepuasan ....... 33 sudah memiliki rasa peduli yang cukup baik terhadap pasien. Petugas seringkali menanyakan keluhan pasien, dan selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan pasien. Hal ini tentu saja membuat pasien merasa senang dan merasa sangat diperhatikan dan dipentingkan segala kebutuhan dan keinginannya. Akan tetapi, tidak semua petugas memiliki rasa perhatian yang tinggi sehingga masih ada pasien yang menilai petugas yang kurang peduli dan bersikap acuh terhadap pasien. Menurut Ulfa dan Azlina 201688, sebagai seorang petugas pada jasa pelayanan harus senantiasa mencermati dan memperhatikan keinginan dan kebutuhan pasien. Apabila pasien sudah menunjukkan minatnya untuk membeli jasa yang ditawarkan. Dalam hal ini sebaiknya petugas dapat bersikap lebih aktif terhadap apa saja informasi yang dibutuhkan pasien. Tindakan adalah perbuatan atau sesuatu yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Berdasarkan wawancara yang dilakukan, tindakan yang dilakukan petugas dalam melayani pasien sudah cukup baik. Pasien merasa bahwa petugas sudah cepat dalam memenuhi panggilan pasien dan dengan sigapnya dapat membantu pasien yang sedang mengalami kesulitan. Namun, penilaian yang cukup ini dikarenakan informasi-informasi yang disampaikan oleh petugas kurang jelas sehingga terkadang pasien masih tidak mengerti. Dalam hal ini alangkah baiknya apabila petugas mau menyampaikan informasi dengan sabar, runtut, dan menggunakan bahasa yang dapat mudah dimengerti oleh pasien. Konsep pelayanan prima berdasarkan penampilan berkaitan dengan sikap seseorang dalam mengekspresikan diri dalam keserasian berbusana. Seringkali penampilan seseorang dikaitkan dengan cerminan kepribadian dan citra diri orang tersebut Barata, 2014. Berdasarkan wawancara, pasien rawat inap menilai bahwa penampilan petugas sudah cukup baik. Hal ini terlihat dari penampilan petugas yang berpakaian rapi, bersih, serta memakai seragam dan atribut yang sesuai. Penampilan yang baik ini harus tetap dipertahankan sehingga pasien dapat meilihat citra diri yang baik pada petugas. Dengan penampilan yang baik petugas dapat menunjukkan sikap penghargaan terhadap pasien serta menunjukkan kepantasan tampilan pada saat berinteraksi dan melayani pasien. Kepuasan Pasien di Instalasi Rawat Inap RSD Kalisat Secara sederhana kepuasan pelanggan merupakan keadaan dimana kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggan dapat terpenuhi melalui produk yang dikonsumsi Nasution, 2001. Pasien akan puas apabila layanan yang didapatkannya sekurang-kurangnya sama atau melampaui harapan pasien. Sedangkan ketidakpuasan akan timbul apabila hasil tidak memenuhi harapan pasien. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa mayoritas responden menilai pelayanan di instalasi rawat inap RSD Kalisat tidak memuaskan yaitu sebesar 80%. Penilaian ini diperoleh dari perbandingan nilai kenyataan dan harapan pasien. Apabila dilihat dari masing-masing dimensi, diperoleh tiga dimensi yang termasuk tidak puas yaitu dimensi kehandalan, ketanggapan dan bukti fisik. Sedangkan dimensi jaminan dan empati termasuk dalam kategori puas. Kehandalan Reliability merupakan kemampuan untuk memberikan pelayanan yang sesuai dengan janji yang ditawarkan Herlambang, 2016. Pasien merasa tidak puas terhadap kehandalan petugas dikarenakan masih terdapat pasien yang merasa pemindahan pasien ke kamar rawat yang dilakukan cukup lama. Biasanya pasien diharapkan untuk menunggu sampai beberapa jam sampai kamar rawat siap untuk digunakan. Ketanggapan Responsiveness adalah respon atau kesigapan karyawan dalam membantu pasien dan memberikan pelayanan yang cepat dan tanggap, yang meliputi kesigapan petugas dalam melayani pasien, dan menangani keluhan pasien Herlambang, 2016. Pasien merasa tidak puas terhadap ketanggapan petugas karena pelaksanaan visite dokter kepada pasien yang seringkali dokter datang tidak tepat waktu sehingga pasien harus menunggu dan merasa pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan harapannya. Menurut pasien, visite oleh dokter biasanya dilaksanakan di pagi hari yaitu antara pukul Namun, akibat kurangnya informasi yang 34 Jurnal Ikesma Volume 16 Nomor 1 Maret 2020 diterima pasien mengenai SOP jadwal visite mengakibatkan pasien tidak mengetahui kepastian jadwal visite yang seharusnya. Bukti fisik Tangible adalah wujud nyata secara fisk yang meliputi tampilan dan kelengkapan fasilitas fisik seperti gedung bangunan dan ruang perawatan, kelengkapan peralatan medis dan nonmedis, serta kerapihan dan kenyamanan ruang perawatan dan ruang tunggu Herlambang, 2016. Pasien merasa tidak puas terhadap bukti fisik dikarenakan tidak tersedianya papan petunjuk ruangan yang mengakibatkan pasien dan keluarganya sulit untuk menemukan tempat ruang perawatannya. Namun demikian, ruang perawatan yang terdapat di instalasi rawat inap ini dirasa sudah cukup memberikan kenyamanan bagi pasien. Jaminan Assurance adalah kemampuan petugas dalam memberikan keyakinan kepada pasien untuk merasa aman terhadap jasa pelayanan yang diterimanya. Pasien sudah merasa puas akan jaminan yang diberikan karena pasien merasa aman terhadap tindakan yang diberikan oleh dokter dan perawat dalam menangani pasien. Pasien juga merasa bahwa petugas di instalasi rawat inap dapat menjaga kerahasiaan diagnosis penyakit pasien. Hal ini telah sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009, yang menyatakan bahwa pasien berhak mendapatkan kerahasiaan dan privasi mengenai penyakit yang dideritanya termasuk juga data-data medisnya. Pasien juga telah merasa puas akan empati petugas yang diterima oleh pasien karena pasien merasa selalu dilayani dengan adil, tidak memandang status sosial pasien, dan tidak membeda-bedakan. Hal ini telah sesuai dengan Permenkes RI Nomor 4 Tahun 2018, yang menyatakan bahwa pasien berhak memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi. Pengaruh Pelayanan Prima terhadap Kepuasan Pasien di Instalasi Rawat Inap RSD Kalisat Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pelayanan prima terhadap kepuasan pasien di instalasi rawat inap Rumah Sakit Daerah Kalisat Kabupaten Jember. Berdasarkan persamaan regresi linier sederhana diketahui bahwa pelayanan prima berpengaruh positif terhadap kepuasan pasien, artinya semakin baik pelayanan prima yang dilakukan maka semakin baik pula tingkat kepuasan pasien yang dihasilkan, dan begitu juga sebaliknya. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kelana 2015 yang menunjukkan terdapat pengaruh antara variabel pelayanan prima perawat terhadap tingkat kepuasan pasien. Selain itu, hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian oleh Suroso et al. 2015 yang menyatakan adanya pengaruh yang bermakna terhadap tingkat kepuasan pasien setelah perawat mendapatkan pelatihan pelayanan prima. Dalam penelitian tersebut disebutkan bahwa tingkat kepuasan pasien terhadap perawat terjadi peningkatan jika dibandingkan antara sebelum pelatihan dan sesudah pelatihan. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Barata 201427, yang menyebutkan bahwa pelayanan prima merupakan pelayanan yang optimal untuk menghasilkan kepuasan pelanggan. Pelaksanaan pelayanan prima merupakan wujud kepedulian terhadap pelanggan atau pasien dengan memberikan layanan yang terbaik untuk memfasilitasi kemudahan pemenuhan kebutuhan pasien dan mewujudkan kepuasannya. Dalam memberikan pelayanan yang prima bagi pasien, hal yang paling penting ialah pelayanan tersebut haruslah berorientasi kepada kepentingan pasien sehingga memungkinkan petugas untuk mampu memberikan kepuasan yang optimal. Upaya memberikan pelayanan prima ini dapat diwujudkan apabila dapat menonjolkan kemampuan, sikap, penampilan, perhatian, tindakan, dan tanggung jawab yang baik dan terkoordinasi. Menurut Valentino, 2012, komponen kemampuan, sikap, penampilan, perhatian, tindakan, dan tanggung jawab secara simultan berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan. Komponen-komponen dalam pelayanan prima tersebut membuktikan bahwa kepuasan pelanggan berkaitan dengan pelayanan yang diberikan oleh karyawan kepada pelanggannya. Walaupun kepuasan pasien cenderung tidak dapat bersifat tetap, karena ukuran kepuasan pasien terhadap pelayanan pada dasarnya merupakan hasil yang bersifat subjektif dan Pengaruh Pelayanan Prima Terhadap Kepuasan ....... 35 dinamis. Namun, cara terbaik yang dapat dilakukan ialah menjadikan perbedaan-perbedaan yang terjadi sebagai masukan bagi pihak rumah sakit dan untuk menggali lebih dalam lagi fenomena yang terjadi sampai diperoleh solusi terbaik dan tentunya berdasarkan dengan pelayanan prima yang diberikan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kesimpulan pada penelitian ini adalah sebagian besar pasien menilai pelayanan di instalasi rawat inap Rumah Sakit Daerah Kalisat Kabupaten Jember cukup prima dan masing-masing komponen pelayanan prima termasuk dalam kategori cukup baik. Selain itu, dimensi kepuasan pasien yang termasuk dalam kategori puas yaitu dimensi jaminan dan empati. Sedangkan yang termasuk dalam kategori tidak puas ialah dimensi kehandalan, ketanggapan, dan bukti fisik. Hasil analisis regresi linier sederhana menunjukkan adanya pengaruh pelayanan prima terhadap kepuasan pasien di instalasi rawat inap Rumah Sakit Daerah Kalisat Kabupaten Jember. Saran Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka saran yang dapat diberikan untuk rumah sakit yaitu menyediakan pelatihan mengenai pelayanan prima dan memberikan kesempatan kepada seluruh karyawan yang secara bergiliran untuk mengikuti pelatihan tersebut, petugas sebaiknya berperan lebih aktif dalam memenuhi kebutuhan pasien seperti dalam memberikan informasi yang dibutuhkannya, dokter harus lebih mematuhi jadwal visite sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan, serta melakukan pengawasan internal secara rutin agar setiap pelayanan yang dilakukan tetap sesuai dengan prosedur dan standar profesinya DAFTAR RUJUKAN 1] Azwar, A., 2010. Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi Ketiga. Binarupa Aksara, Jakarta. 2] Barata, 2014. Dasar-Dasar Pelayanan Prima. Elex Media Komputindo, Jakarta. 3] Cahyono, U. 2012. Kajian Mutu Pelayanan Rumah Sakit Bhineka Bakti Husada Yang Telah Lulus Akreditasi Ditinjau Dari Kriteria Malcolm Baldrige. Universitas Indonesia. 4] Daryanto, S. 2014. Konsumen dan Pelayanan Prima. Gava Media, Yogyakarta. 5] Hadiyati, I., Sekarwana, N., Sunjaya, Setiawati, 2017. Konsep Kualitas Pelayanan Kesehatan berdasar atas Ekspektasi Peserta Jaminan Kesehatan Nasional. 6] Herlambang, S. 2016. Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit. Yogyakarta Gosyen Publishing 18. 7] Herlambang, S., Murwani, A. 2012. Cara Mudah Memahami Manajemen Kesehatan dan Rumah Sakit. Gosyen Publishing, Yogyakarta. 8] Kelana, 2015. Pengaruh Penerapan Pelayanan Prima Service Excellence Perawat Terhadap Tingkat Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Universitas Tanjungpura Kota Pontianak. Jurnal ProNers 3. 9] Nasution, 2001. Manajemen Mutu Terpadu Total Quality Management. Ghalia Indonesia, Yogyakarta. 10] Suroso, S., Haryati, Novieastari, E. 2015. Pelayanan Keperawatan Prima Berbasis Budaya Berpengaruh terhadap Tingkat Kepuasan Pasien di Rumah Sakit. Jurnal Keperawatan Indonesia 18, 38–44. 11] Valentino, J. 2012. Pengaruh Pelayanan Prima Service Excellence Terhadap Kepuasan Pelanggan di Prima Swalayan Cabang Nganjuk. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB 1. 12] Wijono, D., 2000. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Airlangga University Press, Surabaya. ... Evaluasi hasil pelatihan dilakukan dalam tenggang waktu selama tiga minggu setelah pelaksanaan pelatihan, dan follow up diberikan enam minggu setelah pelatihan, hasilnya adalah layanan perawat meningkat secara signifikan setelah pelatihan service exelence diberikan. 16 Menurut asumsi peneliti sebelum dan sesudah pelatihan service excellent didapatkan ada perubahan semakin bagus. Pelatihan untuk perawat di rumah sakit memang harus sering diberikan, pelatihan yang bisa menjadikan kualitas rumah sakit semakin bagus dengan memberikan pelaihan service excellent merupakan pelatihan yang jarang diberikan oleh bagian kediklatan, rata-rata pelatihan yang lebih sering diberikan adalah pelatihan berupa keterampilan dalam tindakan asuhan keperawatan misal pelatihan pasang infus, pelatihan gawat darurat dan pelatihan perawatan luka. ...Ani Widya AstutiSancka StellaIndri SarwiliLatar Belakang Pelayanan prima service excellent adalah bentuk perhatian kepada pasien dengan mempersembahkan layanan terbaik untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pasien. Kinerja perawat dan pelayanan pelayanan tenaga kesehatan di rumah sakit saat ini jadi perhatian pasien. Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas pelatihan service excellent terhadap kinerja perawat. Metode Metode penelitian ini bersifat pre experimental dengan menggunakan instrument baku kinerja perawat IPA Informance Performance Analysis. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Dengan jumlah populasi 138 perawat, tapi yang memenuhi syarat penelitian hanya 20 sampel. Hasil Hasil dari penelitian ini ialah ada efektivitas pelatihan service excellent terhadap kinerja perawat RS Bina Husada Cibinong Bogor Tahun 2022. Kesimpulan Ada efektivitas pelatihan service excellent terhadap kinerja perawat RS Bina Husada Cibinong Bogor Tahun 2022 dengan p-value 0,000 < 0, pelanggan terhadap pelayanan kesehatan yang diterima dapat diwujudkan dengan melaksanakan pelayanan prima. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pelayanan prima berbasis budaya terhadap tingkat kepuasan pasien di rumah sakit. Metode penelitian menggunakan quasi experiment dengan rancangan pre and post with control group design. Jumlah sampel adalah tiga puluh lima perawat dan seratus empat puluh pasien. Teknik pengambilan sampel untuk perawat menggunakan total sampling, sementara untuk pasien dilakukan dengan consecutive sampling. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang bermakna p< 0,05 terhadap tingkat kepuasan pasien setelah perawat mendapatkan pelatihan pelayanan prima berbasis budaya pada sebelum dan sesudah di kelompok intervensi. Rekomendasi yang dapat diberikan adalah perlunya meningkatkan peran supervisi agar keberlangsungannya tetap terjaga. Selain itu, untuk penelitian berikut dapat juga dilakukan dengan model triangulasi. Abstract Nursing Care Prima Culture-Based Influence to Patient Satisfaction in Hospitals. This research aimed to determine the effect of service excellent based on culture to patient satisfaction level in installation of hospitalization Hospital Jayapura. This research is a quasi experiment with pre and post with control group design. The number of samples is someone 35 nurses and 140 patients. The results showed have significant effect p< 0,05 on the level of patient satisfaction after nurses receive training excellent service based onculture pre and post intervention group. Recommendations can be given is the need to enhance the role of supervision in order to maintain continuity, for the following research maybe done by triangulation models. Keywords culture, nursing, patient satisfaction, service excellencePengantar Administrasi Kesehatan, Edisi Ketiga. Binarupa AksaraA AzwarAzwar, A., 2010. Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi Ketiga. Binarupa Aksara, Pelayanan PrimaA A BarataBarata, 2014. Dasar-Dasar Pelayanan Prima. Elex Media Komputindo, dan Pelayanan PrimaS DaryantoDaryanto, S. 2014. Konsumen dan Pelayanan Prima. Gava Media, Pelayanan Kesehatan Rumah SakitS HerlambangHerlambang, S. 2016. Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit. Yogyakarta Gosyen Publishing Mudah Memahami Manajemen Kesehatan dan Rumah SakitS HerlambangA MurwaniHerlambang, S., Murwani, A. 2012. Cara Mudah Memahami Manajemen Kesehatan dan Rumah Sakit. Gosyen Publishing, Penerapan Pelayanan Prima Service Excellence Perawat Terhadap Tingkat Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Universitas Tanjungpura Kota PontianakM T KelanaKelana, 2015. Pengaruh Penerapan Pelayanan Prima Service Excellence Perawat Terhadap Tingkat Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Universitas Tanjungpura Kota Pontianak. Jurnal ProNers Pelayanan Prima Service Excellence Terhadap Kepuasan Pelanggan di Prima Swalayan Cabang NganjukJ ValentinoValentino, J. 2012. Pengaruh Pelayanan Prima Service Excellence Terhadap Kepuasan Pelanggan di Prima Swalayan Cabang Nganjuk. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB 1.

kesesuaian makanan pasien di lapangan dengan standar-standar yang ada. Indonesia mempunyai standar tersendiri untuk pelayanan gizi di rumah sakit. Standar tersebut disebut Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS). PGRS tidak menentukan dan mewajibkan secara ketat mengenai menu yang ada di rumah sakit. PGRS

Tingkatkan Kualitas Layanan Rujukan Melalui Standardisasi Rumah SakitDipublikasikan Pada Rabu, 19 Oktober 2022 000000, Dibaca KaliJakarta, 19 Oktober 2022Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono menyampaikan bahwa upaya perbaikan pelayanan kesehatan di tingkat rujukan menjadi salah satu prioritas Kementerian Kesehatan dalam transformasi kesehatan. Hal ini disampaikan dalam Seminar Nasional yang diselenggarakan oleh Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia PERSI pada Rabu 19/10 di JCC Senayan.''Kementerian Kesehatan tengah melakukan transformasi kesehatan yang salah satu pilarnya adalah pilar tranformasi layanan rujukan sebagai pilar kedua dari enam pilar. Ada tiga hal dalam pilar layanan rujukan yakni jejaring rujukan, perbaikan rumah sakit vertikal, dan kerjasama internasional,'' ungkap Wamenkes layanan rujukan dilakukan melalui program jejaring rujukan dan pengelompokkan rumah sakit menjadi 3 kategori, yakni Rumah Sakit Madya, Rumah Sakit Utama, dan Rumah Sakit Paripurna. Masing-masing kategori memiliki kapasitas yang Dante menuturkan, pemerataan rujukan melalui optimalisasi jaringan rumah sakit nasional terhadap empat penyakit tersebut akan dicapai 100% pada tahun 2027, dan ditargetkan sudah terealisasi sebanyak 50% di tahun lainnya yakni sebanyak 34 provinsi minimal harus mempunyai Rumah Sakit tingkat Paripurna dan Utama. Kemudian sebanyak 507 kabupaten/kota minimal harus memiliki Rumah Sakit tingkat Madya yang mampu melakukan pelayanan Kesehatan yang lebih baik daripada layanan yang ada sekarang.''Kita telah menyusun anggaran alat yang digunakan di rumah sakit jejaring tersebut sehingga dapat memberikan pelayanan kelas dunia. Untuk memastikan hal tersebut kita mempunyai target yang terukur dari waktu ke waktu,'' kata itu, peningkatan layanan rumah sakit vertikal melalui enam inisiatif internal juga dibangun sebagai salah satu upaya menciptakan rumah sakit yang lebih nyaman untuk masyarakat.''Perbaikan layanan juga dilakukan terhadap fasilitas pendukung lainnya seperti parkir, taman, toilet, ruang tunggu, dan lain sebagainya. Perbaikan dan standardisasi juga dilakukan terhadap waktu pelayanan pasien, upaya mengurangi jumlah penanganan keluhan pasien, kepatuhan jam kerja untuk tenaga kesehatan, penerapan standar rilis dan digitalisasi sistem administrasi serta pelayanan yang terintegrasi. Ini adalah bagian penting untuk meningkatkan kualitas rumah sakit khususnya rumah sakit vertical,'' tutur mutu melalui kerjasama dengan institusi global juga sudah dilaksanakan. Peningkatan mutu dan kualitas rumah sakit tidak hanya dilakukan untuk kemampuan layanan kesehatan, tetapi juga dilakukan terhadap kemampuan manajemen rumah sakit.''Kita juga perlu belajar dengan mereka institusi global bagaimana bisa menjadi rumah sakit kelas dunia dalam sistem manajemen yang didukung oleh sistem layanan kesehatan sehingga menjadi rujukan dari banyak rumah sakit luar negaranya,'' ujar masih banyak masyarakat Indonesia yang melakukan pengobatan di luar negeri. Melalui upaya peningkatan mutu kerjasama internasional ini diharapkan masyarakat dapat lebih percaya dengan rumah sakit yang ada di Indonesia. Serta angka kunjungan rumah sakit luar negeri dapat berkurang jumlahnya.''Semoga kita bersama dapat membangun model transformasi ini di tingkat nasional. Kementerian Kesehatan tidak bisa bergerak sendiri, harapannya PERSI tetap mengambil peran dalam program transformasi kesehatan di tingkat nasional dan sejalan dengan membuat masyarakat Indonesia menjadi lebih baik dan lebih sehat,'' tutup Virus Corona 119 ext 9. Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor hotline Halo Kemenkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili 021 5223002, 52921669, dan alamat email kontak[at]kemkes[dot]go[dot]id FS. . 219 145 207 121 49 124 482 353

pelayanan prima di rumah sakit